-->

Renungan harian: Keluaran 15: 22-27, "Tantangan Yang Harus Dihadapi Untuk Menerima Berkat Tuhan"

Keluaran 15 pasal 22 ayat 27,  "Tantangan Yang Harus Dihadapi Untuk Menerima Berkat Tuhan"

Pembacaan firman:
 Keluaran 15: 22-27, "Tantangan Yang Harus Dihadapi Untuk Menerima Berkat Tuhan"

Kisah keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir, dapat menggambarkan kepada kita tentang bagaimana perjalanan kehidupan orang percaya yang harus melewati banyak tantangan untuk melihat dan menerima berkat dari Tuhan.
Bangsa Israel ini telah menyeberangi laut Tiberau yang dibawah pimpinan oleh Musa dengan penyertaan Tuhan.

Tatkala Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka terbelahlah air laut itu. Merekapun berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering, sementara itu orang mesir dengan kereta kudanyapun menyusul mereka sampai ke tengah laut , tetapi setelah bangsa Israel selesai menyeberang, Musapun mengulurkan tangannnya kembali keatas laut itu maka berbaliklah segera air laut dan lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun.
Mereka melintasi laut Tiberau dengan selamat, suatu tantangan telah dapat mereka lewati. Sungguh merupakan suatu kemenangan dan sukacita besar bagi mereka. Setelah itu, mereka harus meneruskan perjalanannya dengan menghadapi tantangan lain, yang akan kita lihat berikut ini.
Bangsa Israel banyak mengalami peristiwa-peristiwa, dan menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanannya untuk mencapai tanah perjanjian, yaitu Tanah Kanan. Dari bacaan firman Tuhan di atas, tentang di Mara dan di Elim, kita dapat belajar, setidaknya ada empat perkara penting, yakni tantangan yang harus mereka hadapi untuk menerima berkat Tuhan:


Baca Juga:



1. Hidup Yang Penuh Teka-Teki

Hidup ini penuh dengan teka-teki, maksudnya adalah sesuatu yang tidak dapat kita duga, diprediksi atau yang tidak dapat kita sangka-sangka sebelumnya. Kita tidak dapat pastikan bahwa segala sesuatu itu akan berjalan dengan lancar-lancar saja dan baik, seperti yang kita bayangkan atau harapkan. Hari ini kita boleh tertawa, tetapi siapa tahu kalau besok kita bisa menangis, dan sebaliknya.
Dalam perjalanan hidup, kitapun kadang-kadang harus melewati yang namanya padang gurun. Namun semua keadaan itu, jangan membuat kita mudah kecewa dan putus asa, tetapi sebaliknya, jadikanlah semua pengalaman hidup kita entahkah itu baik atau buruk, untuk membuat iman kita mejadi semakin kuat dan bertumbuh dewasa. Sehingga dalam melewati semua keadaan, kitapun akhirnya dapat berkata “Kalau bukan Tuhan yang menolong, saya tidak akan dapat berjalan”.
Melalui setiap kesulitan yang telah kita alami, akan membuat kita dapat menjadi saksi bagi Tuhan. Masa sukar, masa sulit, masa yang kurang menyenangkan dapat saja selalu terjadi dalam hidup kita, dan itulah ujian-ujian bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi.
“Karena Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” Ayb 23:10
“Sesungguhnya Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan” Yes 48:10

Tatkala kita diuji dan masuk dalam ‘dapur kesengsaraan’ itu memang tidak enak, tidak nyaman. Tetapi justru disitulah kita harus ingat kepada Tuhan, tetap mengandalkan Dia, bahwa hanya Dia yang sanggup menolong kita. Di dalam segala kesulitan yang kita hadapi, anggaplah itu suatu didikan Tuhan bagi kita, Dia mau memurnikan kita, untuk menjadikan kita lebih baik lagi. Hendaklah kita selalu lulus dalam mengikuti ujian-ujian kehidupan ini, untuk dibawa ke tingkat yang lebih tinggi lagi, kepada pengalaman yang baru dan kepada berkat Tuhan yang baru lagi.

Setelah melewati kemenangan besar itu, dengan berhasil menyeberangi laut Tiberau, bangsa Israel diperhadapkan kepada masalah lain lagi yaitu, kelelahan dan kehausan. Tidak ada perjalanan yang mulus dan bebas hambatan, namun demikian Tuhan selalu hadir menyertai untuk memberikan pertolongan. Tiga hari lamanya mereka telah berjalan di padang gurun Syur itu dengan tidak mendapat air, ayat 22. Dengan letih mereka harus melewati padang gurun tersebut.
Tuhan mau mengajarkan kepada bangsa ini, bahwa sekalipun mereka harus melintasi padang gurun, mereka tetap dilindungi dan disertai oleh Tuhan. Tuhan inginkan agar mereka tetap percaya, sebab Tuhan yang menuntun perjalanan mereka melalui Musa. Tuhan sedang melatih mereka untuk tetap percaya dan mengandalkan Tuhan, karena padang gurun itu bukanlah tujuan akhir, tetapi melalui padang gurun, mereka harus melihat bagaimana penyertaan Tuhan yang sempurna itu. Manusia terbatas, tetapi kuasa Allah tidak terbatas.
2.Tantangan Merubah Yang Pahit Menjadi Manis
Pahit adalah suatu rasa yang tidak sedap, seperti rasa empedu, tidak menyenangkan hati, menyedihkan, sebuah gambaran kesukaran dan kesusahan. Sedangkan manis adalah suatu rasa yang enak, seperti gula, madu. Manis itu menyenangkan dan indah. Tantangan orang percaya adalah merubah yang pahit menjadi manis, bukan menghindar atau lari dari kepahitan, tetapi harus mampu untuk merubahnya.
Musa adalah seorang yang diperhadapkan dimana dia tidak lari atau menghindar dari situasi itu. Sampai di Mara, mereka menemukan air , tetapi air itu pahit rasanya. Musa harus bertindak merubah keadaan itu.
Gambaran kepahitan adalah bersungut-sungut. Bangsa Israel itu bersungut-sungut, “Apakah yang akan kami minum?”, ayat 24.

Bagi mereka lebih baik bekerja pada orang mesir itu dengan makan kenyang daripada mati di padang gurun. Musa tidak terpengaruh oleh sungut-sungut mereka, dan juga tidak putus asa dengan keadaan yang sedang mereka hadapi. Musa menghadapi tantangan itu. Yang Musa lakukan adalah “Musa berseru-seru kepada Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis”, ayat 25a. Musa akhirnya mampu mengatasi tantangan itu, oleh pertolongan Tuhan, air yang pahit itu berubah menjadi manis dan merekapun dapat meminum air itu.

Sebagai orang percaya kita harus berani menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan kita, seperti Musa, ia mengambil sikap untuk berseru-seru, yaitu berdoa kepada Tuhan, meminta petunjuk, meminta pertolongan, dan meminta jalan keluar dari masalah.
“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui” Yer 33:3

Hadapilah segala keadaan, dan majulah, jangan mundur, yaitu dengan berdoa, menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, maka pastilah Tuhan akan menjawab kita,
“Jikalau Tuhan berkenan dengan jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia” Ams 16:7
Kisah Yusuf:“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” Kej 50:20a
Mampukah kita menjadi pelaku perubahan itu? Tatkala kita diperhadapkan pada kondisi yang menyakitkan, mampukah kita membuatnya menjadi sukacita? Menghadapi sakit-penyakit, atau masalah lainnya. Kita pasti mampu menghadapi setiap tantangan, jikalau kita berserah pada Tuhan. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Fil 4:13

3.Harus Berjalan Dengan Iman (Apa itu IMan??)
Tuhan sangat tahu kalau air di Mara itu pahit rasanya, tetapi Tuhan mau lihat tindakan mereka, masihkah mereka tetap punya iman, iman kepada Tuhan. Tuhan yang telah mengadakan mujzat bagi mereka untuk menyeberangi laut Tiberau. Tidak akan dibiarkannya mereka mati karena kehausan di padang gurun itu, sebab Dia selalu punya jalan saat tiada jalan. Tindakan iman dari Musa ialah ia berseru-seru kepada Tuhan. Musa yakin bahwa pertolongan hanya datang dari Tuhan saja. Seruan Musa itu telah mampu menghidupkan kuasa Allah. Sepotong kayu yang Musa lihat itu tidak bisa mengubah air pahit itu menjadi manis. Kayu itu hanyalah media saja yang dipakai Allah.

“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu” Ams 24:10 ((ragu2))
. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” Yer 29:11

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” Ams 23: 18


4. Hidup Dipenuhi Dengan Janji-Janji Allah
“Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” Kel 15:26. Melalui janji ini, Tuhan menghendaki supaya bangsa Israel tetap percaya kepada-Nya, dengan memegang janji Tuhan untuk menghadapi setiap tantangan ke depan.

Dalam ayat 27 dicatat, sesudah itu, yaitu setelah melewati semua itu, bangsa Israelpun Akhirnya sampai ke Elim, di sana terdapat dua belas mata air, dan tujuh puluh pohon korma. Sekalipun harus melewati padang gurun, seharusnya bangsa Israel tetap percaya pada Tuhan, pada Janji-Nya., suatu tempat yang indah, di sini mereka menikmati berkat yang telah tersedia.

Meskipun masalah sedang melanda rumah tangga, pekerjaan, pelayanan kita dan lain-lain, kita dapat tetap teguh berdiri, karena kita memiliki janji-janji Allah dalam hidup kita.
orang percaya memiliki kepastian tentang janji-janji Allah dalam hidupnya. Kita tetap kuat, tegar dan sabar karena janji-janji yang telah diberikan-Nya bagi kita. Karena janji-janji Allah itulah yang memberi kita kekuatan, pemulihan, kesembuhan, sukacita, damai sejahtera, kesempatan, masa depan yang penuh harapan, dan keselamatan
Daud dalam masa kesusahannya, telah mengalami kekuatan karena ada janji-janji Tuhan. (Maz 119:154b,50 dan 162)

Baca Juga:

Apa Kata Alkitab Tentang LGBT (Kaum Homoseksual dan Biseksual) Klik >>>>DISINI

RELATED TOPIC

RECOMENDATION FOR YOU

DO NOT MISS THIS

Post a Comment

banner