-->

Renungan Minggu Paskah: Lukas 24:13-35

RENUNGAN PASKAH

Renungan Minggu Paskah: Lukas 24:13-35

Oleh Rm. Jimi Alvy Dolu, O. Carm: Dari Kawasan Kaki Gunung Sasean

Saudara dan saudari yang terkasih,

Injil hari Minggu paskah III ini berbicara kepada kita tentang perjalanan menuju Emaus dari kedua Murid  yang berangkat dari Yerusalem, injil ini memberikan kita tiga makna penting melalui 3 kta yang ada di dalamnya yaitu kematian, kebangkitan dan kehidupan.


Pertama, KEMATIAN. Kedua murid sedang kembali, penuh keputusasaan dan kekecewaan, mereka kembali kepada kehidupan seperti biasanya. Sang Guru sudah wafat sehingga mereka kehilangan harapan. Perjalan ke Emaus adalah perjalanan kembali, ketika mereka meninggalkan pengalaman penyaliban Yesus yang amat menyakitkan. 

Bagi mereka ini adalah sebuah krisis dan juga kebodohan dan mengubur harapan mereka. Sepertinya cita-cita yang telah digadang ikut dikubur dan hilang.
Sang guru dengan banyak mukjizat nyatanya tergantung di palang penistaan. Mereka tidak dapat memahami mengapa Allah yang mahatinggi tidak dapat menyelamatkan diriNya dari kematian yang memelukan itu. Salib Kristus adalah salib gagasan dan pikiran mereka sendiri tentang Allah. 

Tetapi sebernarnya merekalah yang telah wafat, dimakamkan didalam kubur pemahaman mereka yang terbatas.
Kita juga sering melumpuhkan diri kita untuk menolak mengatasi gagasan atau pemikiran kita tentang Alah yang keliru. Kita sering putus asa dengan menolak untuk percaya akan kemahakuasaan Allah. Allah tidak harus menunjukan kekuatan lahiriah yang bisa dipandang mata tetapi Allah itu adalah kasih, pengampunan dan pemberi kehidupan yang sesungguhnya.  Kedua murid itu akhirnya mengenali Yesus saat pemecahan roti dalam Ekaristi yang akhirnya merobek pemahaman mereka yang keliru, bahwa Allah hadir untuk memberi daya dan kehidupan dalam jiwa.

Kedua, KEBANGKITAN. Yesus mendekati kedua murid dalam perjalanan ke Emaus pada hari hampir malam. Hari hampir malam menggambarkan kegelaan hati para murid yang tidak mampu melihat bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup.  Yesus datang untuk menggantikan kegelapan itu. Ketika kita berada dalam kegagalan dan ketakberdayaan yang adalah kegelapan, Allah akan mengulurkan Tangannya untuk mengalihkan malam kita menjadi fajar, kesusahan menjadi sukacita, kematian menjadi kebangkitan. 

Akhirnya Ia memutar perjalanan paramurid kembali ke Yerusalaem, kembali ke pekerjaan pewartaan kebaikan kepada sesama, bukan lari dari kenyataan.Kedua murid setelah bertemu Yesus dipenuhi sukacita, percaya diri dan semangat serta siap bersaksi. Yesus membuat mereka bangkit dari kubur ketidakpercayaan dan kesedihan. BERJUMPA TUHAN yang disalibkan dan bangkit, mereka menemukan makna dan penggenapan isi Kitab Suci, Hukum Taurat dan nubuat para Nabi, makna Salib kembali terkuak, Salib KEMENANGAN.
Kita bisa berjumpa dengan Tuhan jikalau kita menyalibkan pengertian pengertian yang keliru dan  terutama anaggapan diri yang terlalu berlebihan, kesombongan dan juga kelekatan kita pada pemikiran ataupun kenikmatan dunia semata.

KETIGA, KEHIDUPAN. Perjumpaan dengan Yesus mengubah kehidupan para murid. Iman akan kebangkitan bukanlah buatan Gereja atau pribadi tertentu namun Gereja itu sendiri atau kita yang percaya lahir dari iman akan kebangkitan. Yesus tiba-tiba lenyap dari hadapan para murid, (Luk. 24:31) mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak bisa terus berpegang pada Yesus yang hadir secara jasmani dalam sejarah hidup tetapi perlu percaya padanya melalui Ekaristi yang ditetapkannya, melalui Kitab Suci yang bernubuat dan sakramen-sakramen yang telah diwariskannya.  Para murid menyadari hal itu dan kembali ke Yerusalem untuk berbagi pengalama dengan seruan, “kami telah melihat Dia yang bangkit”

Pengalaman ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada guna kita memenuhi tempat ibadah jika hati kita tidak memiliki rasa takut kepada Allah dan kehadiranNya. Tidak ada guna berdoa jikalau doa kita kepada Allah tidak berubah menjadi KASIH bagi saudara yang lain. Seluruh keagamaan tidak berarti apa-apa kecuali jika dipahami oleh iman dan cinta kasih yang nyata. 

Pengalaman kita saat ini dengan tetap dirumah, menjaga jarak, menunjukkan KASIH yang nyata, bukan ketakutan kita terhadap virus ini. Tuhan memberikan kita jalan dan penyelesaian melalui cara yang mungkin bagi kita tak dapat dimengerti. ITULAH IMAN.
Tuhan membenci kemunafikan, ia sedang mengukur kadar iman kitasaat ini, saat kita di dalam rumah saja, apakah kita ingat DIA?. Iman yang benar adalah iman yang membuat kita lebih BerCINTA KASIH, ADA KERAHIMAN, JUJUR DAM MANUSIAWI. 

Iman menggerakkan kita hati untuk mengasihi sesama tanpa hitung imbalan dan membedakan. Iman membuat kita melihat sesama sebagai saudara untuk dilayani bukan musuh. Mari kita berjumpa, mari kita berdialog, memiliki rasa hormat dan persaudaraan. Iman yang benar menuntun kita untuk membela hak-hak orang yang teraniaya dalam semanngat seperti membela diri sendiri.

Bila kita memiliki iman pada kematian, kebangkitan dan kehidupan Yesus, membuat kita semakin fanatik, yaitu fanatik KASIH. Jadi seperti para murid, saat ini ditengah pandemic covid 19, kita telah dipenuhi sukacita, keberanian dan iman. Kita kembali ke YERUSALEM, ke kehidupan kita yang nyata, biarkan Tuhan bekerja dan membuka hati kita terhadap terang kebangkitan. Kekuatan akan dilimpahkan jika kita tetap bersatu dalam doa bersama Bunda Maria dan covid 19 akan lenyap. Amin.


RELATED TOPIC

RECOMENDATION FOR YOU

DO NOT MISS THIS

Post a Comment

banner