-->

Tafsiran Injil Matius 4:1 ayat 11

Renungan Matius 4:1 ayat 11

I. Pendahuluan

Istilah “perjanjian” dalam Kitab Suci diartikan sebagai perjanjian antara Allah dengan manusia.[1] Perjanjian Allah dengan bangsa Israel dalam Perjanjian Lama telah digenapi dengan turunnya Kristus, dan dimulailah babak Perjanjian Baru yang telah dimateraikan dengan Darah Kudus Yesus di kayu salib.

Salah satu kitab dari Perjanjian Baru adalah Kitab Matius. Matius adalah seorang pemungut cukai yang termasuk juga ke dalam dua belas rasul Yesus yang pertama menulis Injil buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina (Matius 9:9; 10:3). Matius sangat prihatin dengan keadaan sosial jemaat. Matius mengatakan bahwa persekutuan umat adalah kancah perjuangan untuk membangun persaudaraan dalam Tuhan. Pendapat ini didasarkan pada ulasan-ulasan Injil Matius. Selain itu, Matius dalam tulisan-tulisannya sangat menekankan pentingnya tata krama hidup menurut Taurat Musa. Matius menggambarkan Kerajaan Allah dengan kelompok murid-murid Yesus. [2]

Penafsiran Alkitab tidak boleh melampaui kuasa Roh Kudus sehingga menimbulkan salah penafsiran yang menjerumuskan ke dalam kefanatikan, radikalisme ataupun kesesatan tertentu dibalik penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai. Ilmu yang dikembangkan untuk menafsirkan adalah hermeneutika. Hermeneutika adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip penafsiran (bersifat umum dan teoritis). Kata “hermeneutika” berasal dari bahasa Yunani hermēneuō.[3]

Baca Juga:

Adapun prinsip-prinsip umum dari hermeneutika, antara lain:

1. Analisa kontekstual.

Kata “konteks” berasa; dari bahasa Latin con (= “bersama-sama”) dan texere/text/textus (= “rajutan”). Analisa konteks menuntut suatu kata/ayat harus dipahami dalam kaitan dengan ayat/perikop/pasal yang lain. Dengan kata lain, seorang penafsir tidak boleh menngambil ayat sembarangan.

2. Analisa gramatikal (tata bahasa).

Analisa gramatikal menuntut suatu kata dipahami berdasarkan bahasa asli Alkitab. Bagi jemaat awam pemahaman bahasa asli bisa diganti dengan perbandingan berbagai versi Alkitab.

3. Penafsiran lexical (arti kata).

Analisa lexical mengajarkan bahwa suatu kata memiliki arti tertentu dalam konteks tertentu. Penafsir bukan hanya dituntut mengetahui keberagaman arti suatu kata, tetapi arti kata tersebut dalam konteks tertentu atau menurut penulis tertentu.

4. Penafsiran historis-kultural.

Analisa historis-kultural menuntut penafsir mengetahui sejarah maupun budaya pada jaman Alkitab yang melatarbelakangi suatu teks.

5. Penafsiran teologis.

Penafsiran ini didasarkan pada keyakinan bahwa seluruh Alkitab adalah karya Allah, sehingga saling menjelaskan dan tidak ada bagian-bagian yang berkontradiksi. Penafsiran suatu ayat tidak boleh bertentangan dengan ayat yang lain.[4]

Namun, banyak lagi pengembangan-pengembangan ilmu tafsir Alkitab baik yang klasik maupun modern. Pada pembahasan ini menggunakan pendekatan tafsiran modern Perjanjian Baru.

Baca juga:

II. Penafsiran Matius 4:1-11

Injil Matius 4:1-11 membicarakan mengenai Pencobaan Yesus. Pencobaan ini disebut secara singkat dalam Injil Markus 1:12 (bnd. Lukas 4:1-13). Satu-satunya perbedaan dengan Lukas adalah susunan dari pencobaan kedua dan ketiga. Cerita Matius naik meningkat kepada suatu klimaks psikologis, sedangkan cerita Lukas seolah-olah terikat pada tempat-tempat. [5]

Matius 4:1 menuliskan : Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Then was Jesus led up of the Spirit into the wilderness to be tempted of the devil[6]). Ini merupakan pekerjaan Roh sebab adalah perlu bagi Yesus untuk mengatasi pencobaan.[7] Hal ini ditunjukkan dari kata anhqh [8]berarti membawa (Inggris: was led up), ditegaskan pada kata peirasqhnai [9]berarti dicobai (Inggris: to be tried), sehingga ayat ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar manusia yang dibawa Roh Allah.

Setelah Yesus diurapi dengan Roh Kudus (Pneumatos), mulailah pekerjaanNya yang besar itu. Mulai saat itu Yesus bukan lagi tukang kayu dari Nazaret, melainkan “Yang Diurapi” (Mesias). Masa persiapan yang sekian lamanya berlangsung sudah lewat, kini menunggu kewajiban yang berat. [10]

Tetapi ada lagi satu hal yang harus dijalani Yesus, sebelum Ia boleh bekerja di Israel. Ia harus bergumul terlebih dahulu dengan Iblis (Si Pencoba= tempter, diabolos). PekerjaanNya akan mulai, dan nanti Ia akan berulang-ulang dicobai. Di kejadian ini dinyatakan bahwa Ia lebih kuat dari pada kekuasaan Iblis. [11]

Matius 4:2 menuliskan : Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus ( And when He had fasted forty days and forty nights, He was afterward and hungered[12]). Yesus dibawa oleh Roh Kudus masuk ke padang gurun dekat Bebbara, jauh dari kota atau desa, suatu daerah yang sunyi dan berbukit-bukit. Kesitulah Yesus dibawa oleh Roh Kudus. Ditempat sunyi itu Ia hendak memikirkan pekerjaan yang kini menantikan Dia, dan disitu Ia berdoa dan merenungkan kehendak BapaNya, dan disitu pula dipikirkanNya tentang masa yang akan ditempuhNya serta sengsara yang akan dipikulNya. [13]

Empat puluh hari di padang guru sesudah pembaptisan Yesus (bnd. Matius 3:13-17) yang mencerminkan 40 tahun orang Israel di padang gurun sesudah pembaptisan mereka sewaktu keluar dari tanah Mesir (zaman Keluaran), dimana mereka sebagai anak Allah dipanggil keluar dari Mesir (Hosea 11:1). [14]

Baca Juga:



Angka 40 adalah lambang masa yang genap-sempurna dikalangan Israel. Empat puluh tahun lamanya Musa tinggal digunung, 40 hari lamanya Elia berjalan ke Gunung Horeb, 40 tahun lamanya Raja Daud dan Salomo masing-masing duduk di tahta Kerajaan Israel. Konteks ini menyatakan bahwa Yesus harus tinggal di padang gurun selama 40 hari lamanya. Di padang gurun memanglah tidak ada makanan atau minuman apapun. Selama 40 hari, Yesus mencari persekutuan dengan BapaNya. Ia tidak merasa lapar atau dahaga, demikianlah sukacita hatiNya. Dalam Perjanjian Lama ada disebut dua orang yang berpuasa 40 hari lamanya. Ketika Musa berada diatas gunung Sinai bersama-sama dengan Tuhan 40 hari lamanya, ia “tidak makan roti dan minum air” (Keluaran 34:28). Dan ketika Elia berjalan ke gunung Horeb, ia pun tidak makan dan tidak minum 40 hari lamanya (1 Raja-raja 19:8). Kedua orang itu, Musa dan Elia, berpuasa 40 hari, ketika itu mereka bertemu dengan Allah. Yesus mengikuti jejak kedua orang nabi itu. [15] Hal ini dilakukan supaya Israel yakin akan kemanusiaan Yesus sekaligus kekuasaan Allah yang ada padaNya melebihi Nabi Musa dan Elia.

Kata nhsteusaV (fasting[16]) yang berarti berpuasa. Sama seperti Musa, Yesus dalam puasa selama empat puluh hari empat malam bergumul (Ulangan 9:18, bnd. Keluaran 34:28; Ulangan 9:9) dan juga melihat “seluruh dunia/negeri” dari atas sebuah gunung yang tinggi (Ulangan 34:1-4)[17]. Dan, ayat ini juga menguatkan bahwa Yesus benar-benar manusia yang ditunjukkan dengan penekanan kata berpuasa yang khusus dilakukan manusia.

Matius 4:3 menuliskan: Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti”. (And then the tempter came to Him, he said, If Thou be the Son of God, command that these stones be made bread[18]). Kata peirazwn [19]diartikan one-trying (seorang pencoba), ini menunjukkan bahwa pekerjaan Iblis adalah mencobai.

Setelah 40 hari lamanya berpuasa, Yesus merasa lapar dan dahaga. BadanNya lemah dan tak berdaya; mulailah Iblis (si Pencoba=tempter) mencobaiNya. Kesempatan ini dipergunakan Iblis yang dengan liciknya berkata “Jika Engkau Anak Allah” (ei uioV ei tou qeou[20]), jadi Iblis telah mendengar apa yang Allah katakan ditepi Sungai Yordan, ketika Yesus dibaptis (lih. Matius 3;17). Ketika itu terdengar suara yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi..”. Sipencoba itu tidak melupakannya, dan ingin menguji pernyataan Allah akan Yesus[21] (bnd. Kejadian 3:1). Seolah-olah Iblis ragu-ragu akan pernyataan Allah, ia ingin bukti dari Yesus bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah yang menolongNya, sehingga dapat membuat roti dari batu. Begitulah perkataan Iblis. Kita tidak dapat mengetahui apakah Iblis itu nampak oleh Yesus, apakah Iblis sanggup menampakkan dirinya secara badaniah. Malaikat-malaikat dapat “menyamakan dirinya” artinya mereka nampak berupa badan, tetapi apakah Iblis juga dapat berbuat demikian tidak dapat diketahui. Akan tetapi satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa Iblis datang bukan dari dalam Yesus, melainkan dari luar. Yesus mendengar suara itu diluar diriNya. Iblis tidak dapat berkuasa ke dalam hati Adam dan Hawa, sebelum mereka berdosa. [22]

Apa Kata Alkitab Tentang LGBT (Kaum Homoseksual dan Biseksual) Klik >>>>DISINI


Matius 4:4 menuliskan: Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”(But He answered and said, It is written, Man shall not live by bread alone, but every word that proceedeth out of the mouth of God[23]). Kata “Ada tertulis” (gegraptai = has been wriiten/it has been wriiten) ini menunjukkan ayat Ulangan 8:3, sambil menunjukkan kembali kepada sungut-sungut Israel tentang manna (Bilangan11:4-9). Jadi ini adalah pencobaan terhadap tubuh manusia (keinginan daging;bnd. Kejadian 3:6 “baik untuk dimakan”), untuk merasa tidak puas dengan pemeliharaan Allah, lalu mencoba memberi makan dengan perantaraan mukjizat untuk mencapai tujuanNya.[24]

Tetapi Yesus telah membuat sebagai syarat dalam pekerjaanNya di dunia ini, bahwa kekuasaanNya akan dipergunakanNya untuk menyatakan kasihNya. Jika berdasarkan kasih maka kekuasaanNya menjadi besar dan mulia. [25]

Matius 4:5 menuliskan: Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah ( Then the devil taketh Him up into the Holy City, and setteth Him on a pinnacle of the temple[26]). Kota suci (agian polin[27])yang dimaksud adalah Yerusalem. Yerusalem menjadi pusat kebaktian Yahudi. Bubungan yang dimaksudkan dalam ayat ini barangkali adalah suatu menara atau penyangga. [28] Bubungan dalam Kitab Yunani pterugion yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris flyer-let (halangan percobaan) atau little-wing (sayap,panggung). Kelihatannya menempatkan Yesus disana tidak secara harfiah.[29]

Baca Juga:


Matius 4:6 menuliskan: lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (And saith unto Him, If Thou be the Son of God, cast Thyself down: for it is written, He shall give His angels charge concerning Thee: and in their hands they shall bear Thee up, lest at any time Thou dash thy foot against a stone). Ayat ini dicetuskan Iblis mengingat Mazmur 91:11-12. Kata menjatuhkan diri terbayang pada jatuhnya Yesus pada saat memanggul salib, di dalam kesengsaraan yang juga dialamiNya untuk menanggung dosa manusia. Inilah pencobaan yang kedua yang dilakukan Iblis mengenai kekuasaan, kita dihadapkan dengan kekuatan-kekuatan jahat yang membuat kita tertunduk. Namun, dengan kekuatan Allah kita mampu mengusirnya.

Matius 4:7 menuliskan: Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Jesus said unto him, It is written again, thou shalt not tempt the Lord thy God). Jawaban Yesus dari Ulangan 6:16, bukan berarti Iblis tidak boleh mencobai Yesus, tapi bahwa Yesus tidak boleh menguji Allah Bapa. Hal ini juga ditunjukkan dari Kitab Yunani ekpeirseiV (bentuk futur[30]) yang berarti mencobai (you-shall-be-putting-on-trial). Ini menunjukkan kepada kejadian di masa dimana umat Israel menuntut tanda-tanda kehadiran Allah (Keluaran 17:1-7). Jadi ini adalah pencobaan terhadap pikiran (keinginan mata;bnd. Kejadian 3:6 “sedap kelihatannya”), supaya merasa tidak puas dengan cara-cara Allah bekerja lalu mencoba melaksanakan suatu rencana mukjizat-mukjizat yang hebat untuk mencapai maksudNya.[31]

Matius 4:8-9 menuliskan: Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” (Again, the devil taketh Him up into an exceeding high mountain, and showeth Him all the kingdoms of the world, and the glory of them; and saith unto Him, All these things will I give Thee, if Thou wilt fall down and worship me). Gunung yang sangat tinggi nampaknya bukan gunung yang nyata.[32] Namun, kata oroV (mountain:gunung) pada Kitab Yunani menunjukkan kata benda atau neuter [33], hal ini dapat saja menjadi kata benda yang dinyatakan secara alegoris.[34]

Kerajaan dunia (basilieaV tou kosmou) dan kemegahannya menunjukkan arti bahwa Iblis yang dijatuhkan Allah (Wahyu 18:1-20) menguasai bumi dan seluruhnya, ditekankan pada kata kosmou (kosmos: seluruh jagad). Inilah puncak dari pencobaan itu, yakni pencobaan jiwa (keangkuhan hidup;bnd. Kejadian 3:5 “kamu akan menjadi seperti Allah”), supaya merasa tidak puas dengan Allah sendiri lalu dengan melaksanakan suatu rencana penyelewengan yang jahat untuk mencapai maksudNya. [35]

Matius 4:10 menuliskan: Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Then saith Jesus unto him, Get Thee hence, Satan: for it is written, thou shalt worship the Lord thy God, and Him only shalt thou serve). Ayat yang dikutip dari Ulangan 6:13 menunjuk kembali kepada peristiwa tentang anak lembu emas (Keluaran 32:1-6).

Lainnya:


Kata Satan dalam terjemahan Inggris dan dalam kata di Kitab Yunani tidak menunjukkan kata Iblis (diaboloV). Kata satan ini ditunjukkan dalam bentuk vokatif[36] (kasus panggilan) yakni lawan [37]dengan penekanan kuat[38]. Dan, kata yang jelas untuk menundukkan Iblis adalah proskunesieV yang berarti menyembah atau perintah yang keras[39] (you-shall-be-worshiping[40]) dan, latreusieV yang berarti melayani, berbakti, beribadah.

Matius 4:11 menuliskan: Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus (Then the devil leaveth Him, and behold, angels came and ministered unto Him). Ayat ini menerangkan bahwa Iblis telah dikalahkan dengan kekuasaan Sabda Allah, dengan berulang-ulang kali atas nama Allah diucapkan Yesus untuk menunjukkan kerendahan hatinya.


III. Penutup


Injil Matius 4:1-11 yang dipaparkan diatas menunjukkan suatu sikap kerendahan hati serta keteguhan dan kebulatan hati untuk mengusir segala yang jahat dalam batin yang menjerumuskan ke dalam dosa.

Pemaparan tafsir Injil Matius di atas menunjukkan tiga pencobaan yang senantiasa ada dan selalu ada dalam hidup manusia adalah kehausan akan keinginan daging, tunduk terhadap Mammon atau berhala kekayaan, dan menduakan Tuhan atau bersekutu dengan kekayaan atau roh-roh jahat.

Penafsiran yang dilakukan berdasarkan penerapan hermeneutika yang telah dijelaskan diatas, yakni: secara kontekstual, gramatikal, teologis dan leksikal serta teologis. [41]
RELATED TOPIC

RECOMENDATION FOR YOU

DO NOT MISS THIS

Post a Comment

banner